Beranda | Artikel
Aqidah Intisari Dakwah
Sabtu, 13 Oktober 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Haidar As-Sundawy

Aqidah Intisari Dakwah merupakan rekaman ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Haidar As-Sundawy dalam pembahasan Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad karya Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada 28 Dzul Qa’idah 1439 H / 10 Agustus 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad

Status program kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download mp3 kajian sebelumnya: Aqidah Fondasi Amal

Kajian Tentang Aqidah Intisari Dakwah – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad

Aqidah tidak boleh difahami dan dimiliki sendirian. Setelah dimiliki, difahami, diaplikasikan, wajib didakwahkan. Agar orang pun memiliki aqidah yang sama. Baik pemahaman ataupun pengamalan. Dan mengajak manusia kepada aqidah yang benar ini merupakan intisari dan pembuka dakwah seluruh Rasul. Para Rasul tidak pernah memulai dakwah dengan yang lain. Pasti dengan aqidah, dengan tauhid, menyeru dan mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّـهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ …

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”,…” (QS. An-Nahl[16]: 36)

Semua Rasul menyerukan seruan ini. Sebagaimana diserukan dalam surat Hud ayat yang ke-50:

…يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّـهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرُهُ ۖ …

“…Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia...” (QS. Hud[11]: 50)

Kalimat ini diserukan oleh semua Rasul. Maka orang yang sudah memahami aqidah yang benar dan sudah mengaplikasikannya, tidak boleh ditahan untuk dirinya sendiri. Tapi harus didakwahkan. Manusia harus diajak kepada aqidah ini dengan hikmah dan pengajaran yang baik. Dan bila dibutuhkan berdebat dengan cara yang baik sebagaimana Allah jelaskan kepada para Rasul.

Dakwah Kepada Aqidah

Mengajak manusia kepada aqidah ini merupakan fondasi, dasar dan titik tolak bagi seluruh langkah dakwah. Manusia tidak boleh diajak kepada perkara lain sebelum aqidah ini tertanam secara kokoh dan kuat. Karena aqidah adalah fondasi yang menjadi penentu baik atau buruknya amal dan niat. Tanpa aqidah yang benar, seluruh amalan akan tidak sah, tidak diterima, tidak dipahalai.

Misalnya seseorang beribadah kepada Allah. Shalat, zakat, puasa, haji, infaq, sedekah, menolong banyak orang, tapi karena kerusakan aqidahnya, dia berbuat syirik. Perbuatan syiriknya ini menggungurkan seluruh pahala amal baik yang pernah dia lakukan.

Sesuatu yang sudah kita maklumi bersama, bangunan apapun tidak akan bisa kokoh berdiri kecuali setelah dibangun fondasi  yang kuat dan benar. Begitupun dengan bangunan Islam ini, fondasinya adalah aqidah. Jika aqidah rusak, maka amal atau bangunan amal ini akan rusak pula. Tercampur dengan syirik, kufur, riya, ujub, sum’ah, takabur, ini semua merusak amal kita.

Oleh karena itu para Rasul memperhatikan aqidah ini sebelum hal lain. Mentauhidkan Allah, syahadat. Jika aqidah sudah diajarkan dan difahami dengan benar dan sudah diaplikasikan, maka ajarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima kali dalam sehari-semalam. Kalau shalat telah diajarkan tata caranya, waktunya dan semuanya, ajarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya dikalangan mereka dan dikembalikan kepada orang-orang fakir. Setelah itu, hartanya tidak boleh diambil secara tidak sah. Kecuali dengan cara yang telah Allah syariatkan. Yaitu dengan jual-beli, hadiah, pinjam-meminjam, gadai tanpa bunga.

Dari aqidah ini, terbangunlah fondasi yang amat sangat kuat. Kelak seluruh amal yang dilakukan diatasnya, hanya akan ditujukan kepada Allah semata-mata dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu yang lain. Termasuk dalam hal niat. Jika aqidah seseorang benar, maka niatnya tidak akan riya, sum’ah, takabur, dan tidak akan dibarengi dengan niat-niat yang bisa merusak amalnya. Itulah makna dari tauhid. Mengesakan Allah dalam segala hal.

Sejarah Perjuangan Dakwah Nabi

Lihat sejarah perjuangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di Mekkah, beliau berdakwah selama tiga belas tahun setelah beliau diutus menjadi Nabi. Selama tiga belas tahun itu belum turun perintah untuk shalat, puasa, zakat, haji ataupun perintah yang lain. Fondasi diperkokoh selama tiga belas tahun lamanya. Kesempatan untuk berkuasa ditawarkan oleh orang-orang kafir. Tetapi tauhid nomor satu dibandingkan kekuasaan. Jangan berfikir sebaliknya, yaitu kekuasaan dulu baru tauhid. Ini adalah hal yang terbalik dari sejarah perjuangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan terbalik juga dari esensi ajaran Islam.

Tauhid dalam diri kita bisa kita tegakkan dalam diri kita setiap saat. Jika kita meninggal dan tauhid kita telah tegak, maka kita sudah siap menghadap Allah. Kalau kekuasaan, ratusan tahun belum tentu tegak. Sementara aqidah dan tauhid diabaikan. Mati dalam keadaan aqidah buruk dan kekuasaan masih jauh diraih.

Oleh karena itu semua itu menunjukkan tentang kekeliruan orang-orang yang aktif di dunia dakwah tapi mengabaikan aspek tauhid dan lebih fokus kepada masalah-masalah politik atau masalah perebutan kekuasaan. Semua ayat, ceramah, hadits dibawa untuk merebut kekuasaan dan nyinyir kepada orang yang mendakwahkan aqidah dan tauhid.

Mulai dari Tauhid

Allah memerintahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menanamkan tauhid terlebih dahulu dalam diri dan keluarga sebelum melebarkan dakwah ketengah manusia yang lebih luas. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ ﴿٢١٤﴾

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 214)

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُم مِّنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّـهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ ﴿١٢٣﴾

Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah[9]: 123)

Sikap keras di atas maknanya bukan kasar. Makna keras berarti istiqomah dan tegas tapi tetap dengan sikap yang lembut.

Simak Kajian Lengkapnya, Download dan Sebarkan mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Aqidah Intisari Dakwah – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/44867-aqidah-intisari-dakwah/